Selasa, 13 Agustus 2013

ASKEB PATOLOGI

ASUHAN KEBIDANAN PATOLOGI
MANAJEMEN ASUHAN KEBIDANAN DENGAN DISTOSIA KELAINAN HIS


OLEH
AMALYA RIVA PUTRI (11211044)
NOVIELLA INDIENTY (11211073)
SINTA EKA SASTRAWATI (11211088)
SRI WAHYUNI (11211090)
STEVANI ZULFI DWITA (11211092)
UUDASARI (11211096)

TINGKAT IIA
DIII KEBIDANAN

DOSEN PEMBIMBING
ZULFITA S.SI.T

STIKes MERCUBAKTIJAYA PADANG
2012/2013

KASUS :
Ny. Siti 28 tahun setelah selesai diperiksa pembukaan 5 cm ketuban positif, porsio teraba lunak, teraba kepala, Hodge II dan Hodge III,tidak ada bagian terkemuka, anak kelima, TTV normal, tinggi badan 145 cm, hb 9 gr%, lila 23 cm, BB 44 kg, anak pertama, kedua, ketiga, keempat lahir normal dengan dukun, jarak anak terakhir dengan kehamilan sekarang 2 tahun, cukup bulan, His 3x 10 menit setiap 30 detik, DJJ 140x/i, datang jam 1 malam, TFU 32 cm, jam 03.30 wib pembukaan servik 6 cm.
1.      Lengkapi data
2.      Tegakkan diagnosa
3.      Planning
4.      Kenapa ini bisa terjadi
5.      Rencana
















PEMBAHASAN
DATA OBJEKTIF
Tanggal            :
Jam/pukul        : 01:00 WIB
  1. Keadaan Umum : Baik
2.      Kesadaran : Compos mentis
3.      Tanda-tanda vital
TD       : 120/80 mmHg
RR       : 23 x/mnt
Temp   : 370C
Nadi    : 88 x/mnt

4.      Inspeksi
a.       Rambut : Bersih, tidak mudah dicabut, warna hitam dan tidak ada ketombe
b.      Muka : Bersih, tidak ada odema dan tidak ada cloasma gravidarum
c.       Mata : Kanan dan kiri simetris, conjungtiva merah muda dan sklera tidak ikterik
d.      Hidung : Bersih, tidak ada polip, tidak ada sekret dan fungsi penciuman baik
e.       Mulut : Bersih, tidak ada caries, ada gigi yang berlubang dan tidak ada stomatitis
f.       Telinga : Bersih, tidak ada serumen dan fungsi pendengaran baik
g.      Leher ; tidak ada pembengkakan kelenjar tiroid dan vena jugularis
h.      Mamae : simetris, tidak ada benjolan yang abnormal, terdapat hyperpigmentasi pada areola mamae dan kolostrum sudah keluar
i.        Perut : Pembesaran perut sesuai usia kehamilan, terdapat linea nigra dan strie gravidarum serta tidak ada luka bekas operasi
j.        Punggung dan pinggang : terdapat tanda michales yang simetris
k.      Ekstremitas atas dan bawah
Atas : simetris, keadaannya bersih, tidak cacat dan berfungsi   dengan baik
Bawah : Simetris, keadan bersih, terdapat odema dan berfungsi dengan baik



5.      Palpasi
Leopold 1 : TFU pertengahan pusat dan Px, pada fundus teraba 1 bagian yang lunak,
                                tidak melenting dan kurang bundar yang berarti bokong
Leopold 2 : Pada perut bagian sebekah kiri teraba ada tahanan yang lebar yang berarti
                                punggung dan sebelah kanan teraba bagian yang kecil- kecil yang berarti
                                ekstrimitas
Leopold 3 : Bagian terbawah janin teraba bulat, keras dan melenting  yang berarti
                                 kepala
Leopold 4 : Bagian yang terbawah janin sudah masuk PAP (divergen)

Mc Donald : 32 cm
TBJ : (TFU – 11) x 155
        : (32 – 11) x 155
        : 3255 gram

6.      Auskultasi
DJJ terdengar 140x/menit, punctum maximum dibawah pusat sebelah kiri

7.      Perkusi
Reflek patela ada (+)

8.      Pemeriksaan Dalam, pukul  24.00 WIB
-          Vulva / Vagina      : Blood slym
-          Dinding Vagina    : Teraba rugei
-          Promontorium       : Tidak teraba
-          Portio                    : Lunak
-          Serviks                  : Tipis, pembukaan 5 cm
-          Ketuban                : Sudah pecah sejak pukul 01.00 Wib
-          Presentasi              : Kepala, UUK kiri depan
-          Penurunan             : Hodge II + Hodge III (+), 1/5
-          His                         : Ada
-          Frekuensi               : 3x dalam 10 menit
-          Lamanya               : 20 – 40 detik
           

III.             Analisa

  1. Diagnosa :
Ibu G5P4A0  hamil 39 minggu, janin hidup tunggal, intrauterin memanjang, presentasi kepala, inpartu kala I fase aktif

Dasar   :
 -          Ibu mengatakan hamil anak kelima

Leopold I              : TFU pertengahan pusat dan Px, pada fundus teraba bokong
Leopold II            : Punggung kiri
Leopold III           : Bagian bawah teraba kepala
Leopold IV           : Bagian terbawah janin sudah masuk PAP (divergen)
DJJ ada, frekuensi 140 x/ mnt
Pemeriksaan dalam :
-          Pembukaan : 5 cm,
-          Ketuban : belum pecah,
-          Penurunan kepala :Hodge II dan Hodge III 

  1. Masalah
Nyeri adanya his
Dasar : ibu nengatakan merasa mules dan nyeri pada  pinggang semakin sering

  1. Kebutuhan
Dukungan psikologis pada ibu untuk menghadapi persalinan
- Pengawasan kala I dengan partograf

IV.             Rencana Management (Kala I)
1        Jelaskan pada ibu tentang hasil pemeriksaan
2        Libatkan keluarga dalam memberi dukungan psikologis pada ibu
3        Lakukan pengawasan kala I dengan partograf
4        Siapkan ruang bersalin dan alat pertolongan persalinan
5        Siapkan alat prtolongan  pada bayi baru lahir
6        Penuhi kebutuhan fisik dan kebutuhan psikologi ibu
7        Ajarkan ibu teknik relaksasi dan cara mengedan
8        Anjurkan ibu mencari posisi yang nyaman.
9        Lakukan tindakan dengan teknik septik dan antiseptik 

Pada pukul : 03:30 WIB
Dilakukan analisis kembali :
Diagnosa :
Ibu G5P4A0  hamil 39 minggu, janin hidup tunggal, intrauterin memanjang, presentasi kepala, keadaan jalan lahir normal, KU ibu dan janin baik.

Dasar   :
 -          Ibu mengatakan hamil anak kelima

Leopold I              : TFU pertengahan pusat dan Px, pada fundus teraba bokong
Leopold II            : Punggung kiri
Leopold III           : Bagian bawah teraba kepala
Leopold IV           : Bagian terbawah janin sudah masuk PAP (divergen)
DJJ ada, frekuensi 140 x/ mnt
Pemeriksaan dalam :
-          Pembukaan : 6 cm,
-          Ketuban : belum pecah,
-          Penurunan kepala :Hodge II dan Hodge III 

  1. Masalah
Nyeri adanya his
Dasar : ibu nengatakan merasa mules dan nyeri pada  pinggang semakin sering

  1. Kebutuhan
Dukungan psikologis pada ibu untuk menghadapi persalinan
- Pengawasan kala I dengan partograf




  1. Planning
1.      Periksa keadaan servik,  prsentasi dan posisi janin, turun nya bagian terbawah janin dan keadaan janin.
2.      Bila kepala sudah masuk ke PAP, anjurkan pasien untuk jalan-jalan.
3.      Buat rencana untuk menentukan sikap dan tindakan yang akan di kerjakan, misal nya letak kepala:
a.       Berikan oksitosin drips 5-10 satuan dalam 500cc dextrose 5%, dimulai dengan 12 tetes permenit, dinaikan 10-15 menit sampai 40-50 tetes permenit. Tujuan pemberian oksitosin adalah supaya serviks dapat membuka.
b.      Pemberian oksitosin usah terus menerus. Bila tidak memperkuat His setelehah pemberian oksitosin beberapa lama hentikan dulu dan anjurkan ibu untuk istirahat. Pada malam hari berrikan obat penenang misal nya valium 10mg dan esok nya di ulang lagi pemberian oksitosin drips.
c.       Bila inersia uteri  di sertai disproporsi sepalopelvis maka sebaik nya di lakukakn seksip cesaria.
d.      Bila semula His kuat tetapi kemudian terjadi inersia uteri sekunder, ibu lemah, dan partus terlah berlangsung lebih ari 24 jam paada primi ndan 18 jam pada multi tidak ada guna nya memberikan oksitosin drips sebaik nya prtus segera di selesai kan sesuai dengan hasil pemeriksaan dan indikasi obsetri lain nya misal nya : ekstrasi vakum, forcep, dan seksio cesaria.













DISTOSIA KARENA KELAINAN HIS

A.    PENGERTIAN DISTOSIA KARENA KELAINAN HIS
Distosia adalah kesulitan dalam jalannya persalinan. Distosia dapat disebabkan karena kelainan HIS (HIS hipotonik dan hipertonik), karena kelainan mbesar anak, bentuk anak (Hidrocefalus, kembar siam, prolaps tali pusat), letak anak (letak sungsang dan lintang), serta karena kelainan jalan lahir.
Distosia karena kelainan HIS antara lain berupa:
1.      Inersia Uteri (Hypotonic uterine contraction )
Adalah kelainan his dengan kekuatan yang lemah / tidak adekuat untuk melakukan pembukaan serviks atau mendorong anak keluar. Di sini kekuatan his lemah dan frekuensinya jarang. Sering dijumpai pada penderita dengan keadaan umum kurang baik seperti anemia, uterus yang terlalu teregang misalnya akibat hidramnion atau kehamilan kembar atau makrosomia, grandemultipara atau primipara, serta pada penderita dengan keadaan emosi kurang baik. Dapat terjadi pada kala pembukaan serviks, fase laten atau fase aktif, maupun pada kala pengeluaran.
Inersia uteri hipotonik terbagi dua, yaitu :
a)      Inersia uteri primer
Terjadi pada permulaan fase laten. Sejak awal telah terjadi his yang tidak adekuat ( kelemahan his yang timbul sejak dari permulaan persalinan ), sehingga sering sulit untuk memastikan apakah penderita telah memasuki keadaan inpartu atau belum.
b)     Inersia uteri sekunder
Terjadi pada fase aktif kala I atau kala II. Permulaan his baik, kemudian pada keadaan selanjutnya terdapat gangguan / kelainan.
     Penanganan :
a)      Keadaan umum penderita harus diperbaiki. Gizi selama kehamilan harus
diperhatikan.
b)      Penderita dipersiapkan menghadapi persalinan, dan dijelaskan tentang,  kemungkinan yang ada.
c)      Teliti keadaan serviks, presentasi dan posisi, penurunan kepala / bokong
bila sudah masuk PAP pasien disuruh jalan, bila his timbul adekuat
dapat dilakukan persalinan spontan, tetapi bila tidak berhasil maka akan
dilakukan sectio cesaria.
d)     Berikan oksitosin drips 5-10 satuan dalam 500 cc dektrosa 5% ,dimulai dengan 12 tetes permenit,dinaikkan setiap 10-15 tetes permenit sampai 40-50 tetes permenit.
e)      Pemberian oksitosin tidak perlu terus menerus, sebab bila tidak memperkuat HIS setelah pemberian beberapa lama,hentikan dulu dan ibu disuruh istirahat. Pada malam hari berikan obat penenang misalnya valium10 mg dan esoknya dapat diulangi lagi pemberian oksitosin drips.
f)       Bila inersia disertai dengan disproporsi sefalopelvis, maka sebaiknya dilakukan Secsio Sesarea
g)      Bila semula HIS kuat kemudian terjadi inersia uteri sekunder, ibu lemah dan partus berlangsung lebih dari 24 jam pada primi dan 18 jam pada multi, tidak ada gunanya memberikan oksitosin drips, sebaiknya partus segera diselesaikan sesuai dengan hasil pemeriksaan dan indikasi obstetrik lainnya (ekstraksi vakum atau forcep, atau secsio sesarea)

2.      Tetania Uteri (Hypertonic uterine contraction )
Adalah HIS yang terlampau kuat dan terlalu sering sehingga tidak ada relaksasi rahim. Hal ini dapat menyebabkan terjadinya partus presipitatus yang dapat menyebabkan persalinan diatas kendaraan, kamar mandi, dan tidak sempat dilakukan pertolongan. Pasien merasa kesakitan karena his yang kuat dan berlangsung hampir terus-menerus. Akibatnya terjadilah luka-luka jalan lahir yang luas pada serviks, vagina dan perineum, dan pada bayi dapat terjadi perdarahan intrakranial,dan hipoksia janin karena gangguan sirkulasi uteroplasenter.
Bila ada kesempitan panggul dapat terjadi ruptur uteri mengancam, dan bila tidak segera ditangani akan berlanjut menjadi ruptura uteri. Faktor yang dapat menyebabkan kelainan ini antara lain adalah rangsangan pada uterus, misalnya pemberian oksitosin yang berlebihan, ketuban pecah lama dengan disertai infeksi, dan sebagainya.


Penanganan:
a)      Berikan obat seperti morfin, luminal, dan sebagainya asal janin tidak akan lahir dalam waktu dekat (4-6 jam).
b)      Bila ada tanda-tanda obstruksi, persalinan harus segera diselesaikan dengan secsio sesaria.
c)      Pada partus presipitatus tidak banyak yang dapat dilakukan karena janin lahir tiba-tiba dan cepat.

3.      Aksi Uterus Inkoordinasi (incoordinate uterine action)
Sifat his yang berubah-ubah, tidak ada koordinasi dan singkronisasi antara kontraksi dan bagian-bagiannya. Jadi kontraksi tidak efisien dalam mengadakan pembukaan, apalagi dalam pengeluaran janin. Pada bagian atas dapat terjadi kontraksi tetapi bagian tengah tidak, sehingga dapat menyebabkan terjadinya lingkaran kekejangan yang mengakibatkan persalinan tidak maju.
Penanganan:
a)      Untuk mengurangi rasa takut, cemas dan tonus otot, berikan obat-obat anti sakit dan penenang (sedativa dan analgetika) seperti morfin, petidin, dan valium.
b)      Apabila persalinan sudah berlangsung lama dan berlarut-larut selesaikanlah partus menggunakan hasil pemriksaan dan evaluasi, dengan ekstraksi vakum, forseps atau seksio sesaria.

B.     ETIOLOGI DISTOSIA KARENA KELAINAN HIS
Distosia karena kelainan HIS dapat disebabkan oleh berbagai faktor, antara lain:
1.      Primigravida, multigravida dan grandemultipara.
2.      Herediter, emosi dan ketakutan memegang peranan penting.
3.      Salah pimpinan persalinan, atau salah dalam pemberian obat-obatan.
4.      Bagian terbawah janin tidak berhubungan rapat dengan segmen bawah rahim. Ini dijumpai pada kelainan letak janin dan disproporsi sefalopelvik.
5.      Kelainan uterus, misalnya uterus bikornis unikolis.
6.      Kehamilan postmatur.



C.    KOMPLIKASI YANG DISEBABKAN KARENA KELAINAN HIS
Kelainan his (insersia uteri) dapat menimbulkan kesulitan, yaitu :
1. Kematian atau jejas kelahiran
2. Bertambahnya resiko infeksi
3. Kelelahan dan dehidrasi dengan tanda-tanda : nadi dan suhu meningkat,
   pernapasan cepat, turgor berkurang, meteorismus dan asetonuria.




D.    PENATALAKSANAAN PADA KELAINAN HIS
Kelainan his dapat diatasi dengan :
1. Pemberian infus pada persalinan lebih 18 jam untuk mencegah timbulnya gejala-
    gejala atau penyulit diatas.
2. Insersia uteri hipotoni : jika ketuban masih ada maka dilakukan amniotomi dan
    memberikan tetesan oksitosin (kecuali pada panggul sempit, penanganannya di-
    seksio sesarea)





















DAFTAR PUSTAKA

Yulianti Lia, tahun 2010, asuhan kebidanan IV (patologi kebidanan). Jakarta: TIM

Rukiah Ai Yeyeh, tahun 2010, asuhan kebidanan Iv (patologi kebidanan). Jakarta: TIM 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar